Kamis, 06 November 2014

Omen 1







Omen, yang bisa diterjemahkan sebagai pertanda [cenderung ke hal buruk], dilekatkan pada Erika sejak kecil. Parahnya, orangtua Erika sendiri yang menjulukinya Omen. Merasa dibenci semua orang, Erika menjadi sosok yang anti sosial dan suka mencari masalah dengan orang lain. Begitupun di sekolah, dia sudah menjadi ikon biang masalah, yang ternyata sangat cerdas karena ingatan fotografis membuatnya mudah mencerna pelajaran. Prestasi juara 1 di kelas membuatnya tidak juga dikeluarkan dari sekolah.
“Jelas saja, ulahku membuat aku makin dibenci. Lalu, memangnya kenapa? Tanpa semua itu pun mereka sudah mengecapku macam-macam. Setidaknya, dengan cara ini, aku puas bisa memberi mereka pelajaran. Biar mereka tahu bahwa biarpun aku masih kecil, aku tidak bisa diremehkan begitu saja.” [h.37]
Berbeda dengan saudara kembarnya, Eliza adalah sosok yang sangat santun dan populer [dalam hal positif]. Satu yang sangat dibenci Erika, adalah dibandingkan dengan Eliza. Keberadaan kembarannya, Eliza, semakin menyudutkan Erika karena perbedaan karakter yang sangat mencolok. Sayangnya, manusia memang kerap hanya melihat lewat mata, bukan hati, maka label setan dan malaikat pun disematkan pada Erika dan Eliza.
Kemarahan atas ketidakadilan perlakuan dan pandangan yang menyalahkan membuat Erika menumbuhkan kekejaman dalam benaknya, yaitu membunuh Eliza. Kejadian hipnotis yang menimpanya di atas panggung, tiba-tiba menggugah alam bawah sadarnya yang penuh dengan pisau dan darah. Ketika kematian pun hadir, Eliza telah menjadi korban bersimbah darah dan membuat Erika meragukan kemampuannya menekan hasrat terbesarnya untuk menyakiti kembarannnya. Aksi pembunuhan pun tak hanya mengorbankan Eliza. Satu per satu mulai bermunculan korban-korban yang tidak lain adalah teman-teman di sekolahnya.

Lexie Xu adalah salah satu penulis teenlit yang karya menarikku untuk membaca, selain Luna Torashyngu. Ide cerita yang diangkat berbeda dengan kebanyakan teenlit, apalagi sebagai penyuka cerita detektif atau misteri, saya cukup menikmati sajian cerita dari Lexie Xu. Meski unsur detektifnya tidak terlalu berat, Omen berhasil memberikan kejutan di akhir cerita.
Menurutku Omen sedikit kurang mendebarkan jika dibandingkan Johan Series. Sama-sama memuat aksi pembunuhan, tapi Omen lebih banyak mengangkat unsur penyelidikan, sedangkan Johan Series lebih banyak memberikan unsur mencekam. Bersama Erika, pembaca diajak menerka-nerka siapa dalang dan pelaku di balik banyak pembunuhan, sedangkan dalam Johan Series, kita disuguhkan tokoh Johan, yang sudah menjadi ikon antagonis, untuk melihat manipulasi dan keekstrimannya saat melakukan kejahatannya.
Sebagai buku yang dilabeli teenlit, Lexie tak luput membaurkan sisi romansa dan kemelut dunia remaja dalam cerita. Kehidupan sekolah dengan Rufus, si guru BP yang unik, dan si Ojek yang tanpa disadari menjadi satu-satunya orang yang peduli dengan Erika, membuat cerita dibumbui keceriaan dan pipi yang bersemu merah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar